resensi film "Jamila dan Sang Presiden"
Analisis dan Resensi Film
“Jamila dan Sang Presiden”
Film berjudul Jamila dan Sang Presiden ini merupakan
sebuah film yang mengisahkan lika-liku kehidupan seorang pekerja seks komersial
(PSK) bernama Jamilah yang terlibat kasus pembunuhan seorang menteri. Film ini
dirilis secara internasional dengan judul “Jamila
and the President”. Film berdurasi 98 menit ini ditulis, diproduseri, dan
disutradarai oleh Ratna Sarumpaet. Artis yang berperan dalam film ini
diantaranya : Atiqah Hasiholan (Jamila), Eva Celia Latjuba (Jamila remaja),
Adjie Pangestu (Mentri Nurdin), Ria Irawan (Susi), Christine Hakim (Ria-Kepala
sipir), Dwi Sasono (Ibrahim), Marcellino Lefrand (Malik-Pengacara), Fauzi
Baadilla (Faisal-Tokoh agama), Surya Saputra (Sipir Surya), dan pemeran
pendukung lainnya. (Sarumpaet, 2009)
Film ini diadaptasi dari sebuah drama karya Ratna
Sarumpeat yang berjudul Pelacur dan Sang
Presiden. Film ini mendapat dukungan dari UNICEF untuk menelaah perdagangan
anak di Indonesia dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah
perdagangan anak tersebut. Film ini didukung oleh data yang dikumpulkan Ratna
dari wawancaranya dengan para PSK dibeberapa kota. Film ini mendapat tanggapan
yang bagus, baik di Indonesia maupun dikancah Internasional. Film ini
ditampilkan di beberapa festival internasional dan mendapat penghargaan di
Perancis, Italia, dan Taiwan. (Bawean, 2009)
Secara keseluruhan film ini dikatakan berhasil dalam
menyampaikan pesan moral yang ingin disampaikan sang penulis. Kelebihan film
ini diantaranya alur yang bagus, kisah menarik yang beda dari film bergenre
sejenis, dan juga didukung akting para pemain yang totalitas. Latar tempat
pengambilan gambarnya juga sangat mendukung pengisahan film ini. Namun, adegan
dan dialog para pemain khususnya Jamila masih terbawa gaya panggung teater
sehingga terkesan kurang realistis dan berlebihan. Selain itu ending dari film
ini sudah ketebak dari pertengahan film, sehingga kurang ada kejutan yang bisa
membuat penonton terperangah dan terkesan. Dan lagi, judul film ini juga kurang
pas karena tidak ada adegan dan dialog seorang presiden dalam film ini.
Film ini mengangkat kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) yang menimpa Jamila, peran Jamila mengalami palanggaran HAM sejak kecil.
Jamila kecil dijual ayahnya kepada sindikat perdagangan anak, tentunya hal ini
merenggut hak Jamila kecil untuk tumbuh dan berkembang serta hak untuk
memperoleh pendidikan. Setelah berhasil membebaskan diri dari jerat sindikat
perdagangan anak, Jamila dikirim sang ibu kesebuah keluarga terpandang di
Jakarta dengan harapan Jamila dapat tumbuh baik dan mengenyam pendidikan.
Namun, Jamila lagi-lagi memperoleh pelecehan dan kekerasan seksual di keluarga
tersebut. Jamila sering dilecehkan dan diperkosa oleh kedua laki-laki di
keluarga tersebut. Jamila yang tidak tahan dengan perlakuan yang ia terima,
membunuh kakak angkatnya dan melarikan diri dari keluarga terpandang tersebut. Meskipun
tindak pembunuhan yang dilakukan Jamila ini merupakan pelanggaran HAM, namun
Jamila terpaksa melakukannya untuk mempertahankan diri.
Setelah kabur dari keluarga tersebut Jamila yang saat itu
berusia 15 tahun malah terdampar di daerah prostitusi. Hasrat Jamila remaja
yang ingin menyekolahkan sang adik membawa Jamila terjebak dalam dunia
prostitusi. Sejak saat itu hak-hak Jamila terenggut, ia tidak lagi memiliki hak
atas dirinya sendiri. Jamila tumbuh dewasa sebagai seorang PSK. Jamila menjadi
tersangka pembunuhan seorang mentri bernama Nurdin, mulanya Nurdin menyewa jasa
Jamila namun tidak jadi lantaran Nurdin jatuh cinta kepada Jamila. Ia dan
Jamila menjalin hubungan selama beberapa waktu, hingga tiba-tiba Nurdin
menghianati Jamila dan menikah dengan wanita lain. Jamila yang saat itu sedang
mengandung anak Nurdin menggugurkan kandungannya, tindakan Jamila disini
melanggar HAM, karena ia menghilangkan nyawa bayi yang dikandungnya tanpa sebab
yang dibenarkan undang-undang.
Jamila membalas dendam kepada Nurdin dengan
mempermalukannya di acara pelelangan lukisan. Jamila dan Nurdin terlibat
pertengkaran hingga Jamila tidak sengaja menembakkan peluru kedada Nurdin,
jadilah Jamila seorang tersangka pembunuhan seorang mentri. Jamila menyerahkan
diri pada polisi, ia dipenjara dan di ancam hukuman mati. Jamila yang memiliki
hak untuk mengajukan grasi pada presiden berkeras tidak menggunakan hak
tersebut. Sebagai gantinya Jamila meminta bertemu dengan presiden, namun
permintaannya ditolak. Hingga akhirnya Jamila dieksekusi mati. *RAD
Daftar Pustaka
Sarumpaet, R. (Director). (2009). Jamila dan Sang
Presiden [Motion Picture].
Bawean, R. (2009, May 9). Retrieved Desember 1,
2017, from rusabawean.com:
http://rusabawean.com/jamila-dan-sang-presiden-tidak-ada-presidennya.html
Komentar
Posting Komentar